Diberdayakan oleh Blogger.

Wahai Pemuda, Persiapkan Dirimu untuk Menikah

================
Abdullah bin Mas’ud r.a. menceritakan, ia dan beberapa pemuda yang sedang berkumpul didatangi Rasulullah saw., dan beliau memberikan nasihat.

“Wahai para pemuda, siapa di antara kalian yang sudah mempunyai kemampuan maka menikahlah. Karena menikah itu bisa menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Siapa yang tidak mampu, maka berpuasalah. Karena berpuasa bisa menekan syahwat.” (HR. Bukhari)

Semua pemuda muslim tentu ingin menikah. Pria maupun wanita. Persoalan umumnya, bukan masalah kemauan. Tapi, kemampuan. Khususnya para pemuda karena dialah yang berkewajiban memberikan nafkah keluarga.


Walaupun, karena sesuatu hal, pemuda yang sebenarnya sudah mampu secara ekonomi pun tidak sedikit yang terkatung-katung dalam keraguan: antara segera menikah, atau menunda.

Yang lainnya lagi, bukan karena dua hal di atas. Tapi bingung bagaimana caranya menempuh proses pernikahan yang baik, aman, dan berkah.

Beberapa hal berikut ini adalah di antara penghambat pernikahan, dan bagaimana menyelesaikannya. Antara lain.

Mau Nikah, tapi Nggak Punya Dana

Persoalan kemampuan dana atau keuangan, bisa karena dua keadaan. Pertama karena memang belum bisa mencari penghasilan. Kedua, penghasilan sudah punya, tapi belum bisa buat biaya acara pernikahan.

Salah satu kelemahan budaya umumnya suku di Indonesia adalah dalam hal bisnis: berdagang, atau berkerja. Jangankan usaha sambil kuliah, usaha tanpa kuliah pun nggak jalan-jalan.

Data di lapangan menunjukkan, penduduk pribumi Indonesia sebesar 94 persen. Dan etnis tionghoa hanya sekitar 6 persen. Tapi dalam penguasaan ekonomi, angkanya menjadi terbalik. Yang jumlahnya 94 persen hanya menguasai 6 persen ekonomi bangsa.

Dari sekian suku, ada beberapa suku yang memang sudah membudayakan bisnis sejak dini kepada putera-puteri mereka. Antara lain, suku minang, bugis, dan lainnya. Sementara umumnya suku di Jawa adalah sebagai pekerja: bertani, pegawai, buruh, dan sebagainya.

Situasi dan kondisi geografis daerah sangat mempengaruhi kemandirian dan kegigihan masyarakatnya dalam mencari nafkah. Dan umumnya pemuda di perkotaan begitu lemah dalam kemandirian dan keterampilan.

Sebenarnya, berdagang adalah usaha yang paling sangat mungkin bisa dilakukan secara sambilan. Tanpa harus meninggalkan bangku kuliah atau pendidikan, seorang pemuda sudah punya penghasilan harian, mingguan, atau bulanan. Bahkan mungkin tahunan.

Di sinilah masalahnya, karena persoalan budaya, para pemuda merasa risih untuk berdagang. Mereka merasa ‘rendah’ dengan berdagang. Ada juga yang malu dan tidak percaya diri.

Padahal, berdagang adalah rute hidup yang dilalui Rasulullah saw. ketika masih remaja. Di usia belasan tahun, beliau sudah terbiasa berdagang keluar negeri. Dan di usia 25 tahun ketika akan melamar Khadijah, Rasulullah saw. sudah siap menyiapkan mahar besar sebagaimana umumnya orang Quraisy saat itu.Sebuah riwayat menyebut seratus ekor unta. Kalau satu unta dihargai 20 juta rupiah, mahar Rasulullah saw. sebesar dua milyar rupiah.

Inilah pemuda yang bernama Muhammad saw. Seorang anak yang besar tanpa ayah dan ibu, tanpa warisan harta orang tua, dan tanpa pendidikan seperti anak-anak saat ini. Yang memulai karir bisnisnya sebagai penggembala ternak, dan kemudian menjadi pedagang.

Wahai pemuda, kalau sudah bertekad untuk menikah, lihat sakumu, bukan saku orang tuamu. Cari jalan untuk bisa menghasilkan, dan jangan pernah malu untuk berjualan. Segera, dan mulailah dari yang bisa dilakukan. Lebih baik penghasilan kecil tapi nyata, daripada besar tapi masih cita-cita. (mh/foto: islam.ru)https://www.chanelmuslim.com/keluarga/wahai-pemuda-persiapkan-dirimu-untuk-menikah/21806/
IKLAN
Tag : MUSLIM03
==================
Back To Top