Diberdayakan oleh Blogger.

Inilah Teladan Muslimah Sejak Zaman Rasulullah

================
Sejak Islam hadir di Mekkah dan Madinah kedudukan perempuan menjadi amat mulia. Bagaimana Rasul sangat mencintai dan menghormati Khadijah, istri pertamanya. Bagaimana sayangnya Rasul pada Aisyah ummul mukminin yang pintar. Juga perempuan-perempuan lainnya yang menorehkan jejak kebesaran di masa-masa hidup Rasulullah maupun setelahnya.

Islam telah memberikan kehormatan pada perempuan, Islam pun tak pernah memandang kecil dan tak berarti pekerjaan perempuan. Meski jihad dengan berperang dan mengangkat senjata di zaman Rasulullah memiliki keutamaan yang sangat besar, namun apa yang dilakukan perempuan saat peperangan pun disebut sebagai jihad.


Sebagaimana ibunda Aisyah ikut berjihad layaknya perempuan lain tanpa bisa dibedakan. Jihad yang tentunya masih dalam batasan syariat seperti memberi minum, merawat korban luka, menyiapkan makanan dan lain sebagainya.

Saat perang Uhud, Aisyah ikut serta membawa air di pundak untuk memberi minum para mujahid. Saat itu ia masih belia. Dan inilah untuk pertama kalinya ia ikut dalam peperangan. Anas bin malik meriwayatkan tugas yang diperankan Ummul Mukminin Aisyah dalam peperangan; “aku melihat Aisyah binti Abu Bakar dan Ummu Sulaim, keduanya menyingsingkan lengan baju. Aku melihat gelang kaki di kaki mereka berdua kala memikul geriba air lalu mereka tuangkan ke mulut para mujahid. Setelah itu, keduanya kembali mengisi air. Setelah itu, datang kembali memberi minum kaum.” (Muttafaq ‘alaih. HR. Bukhari)

Memberi minum, merawat mujahid yang luka, menyiapkan makanan tentu bukan tanpa risiko. Aisyah ra. dalam perang Khandaq mendekati mujahidin hingga baris depan. Hingga Umar bin Khathab sempat menegur betapa beraninya Aisyah sampai mendekati baris depan, bagaimana jika musibah atau ia kemudian di tawan. Dan Thalhah bin Ubaidilah berkata, “Umar, ada dengan dirimu, dari tadi kau terus mengomel. Kemana lagi tempat berlindung ataupun berlari jika bukan menuju Allah?!” (Al-Bidayah wan Nihayah).

Tentunya meski Rasulullah tidak mewajibkan kaum perempuan untuk berjihad dengan mengangkat senjata, beliau tidak melarang kaum perempuan untuk turut mengangkat senjata sebagaimana Ummu Umarah. Ummu Umarah tercatat sebagai pejuang wanita pertama dalam sejarah Islam.

Ketika perang Uhud, Ummu Umarah bersama anaknya Abdullah, Hubaib, dan sang suami turut serta. Suami dan anak-anaknya bergerak maju berjihad di jalan Allah. Sementara Ummu Umarah berperan memberi minum para pasukan yang kehausan dan mengobati para korban luka. Namun, situasi perang memaksa Ummu Umarah untuk maju menyerang kaum musyrikin. Ia berdiri bak seorang ksatria yang membela Rasulullah tanpa takut. Ini terjadi ketika para pasukan melarikan diri berhamburan karena ketakutan. Saat itulah Ummu Umarah mengambil pedang dan perisai. Ia berdiri di samping Rasulullah, menjadikan dirinya sebagai perisai hidup untuk beliau.

Ketika kaum muslimin berlarian meninggalkan Rasulullah, hingga yang bertahan hanya segelintir, Ummu Umarah bersama suami dan anak-anaknya mendekat mengelilingi Rasulullah memberikan perlindungan. Pasukan kafir Quraisy menyerang dengan menggunakan kuda, sehingga Ummu Umarah dan keluarga serta beberapa orang yang melindungi Nabi terpojok. Tetapi Ummu Umarah tidak gentar dan bahkan berhasil melukai salah seorang pasukan Quraisy. Begitupun dengan anaknya, hingga akhirnya pasukan Quraisy yang mendekat ke Rasulullah berhasil dibunuh.

Kiprah Ummu Ummarah bersama Rasulullah tidak hanya di perang Uhud, ia turut serta dalam perang Hudaibiyah dan  Khaibar. Kisah mujahidah lainnya adalah Barakah pengasuh Nabi sejak kecil yang lebih dikenal dengan Ummu Aiman. Ummu Aiman meski telah cukup tua, ia selalu turut serta menjaga Rasulullah saat perang Uhud, perang Khaibar, perang Mut’ah dan perang Hunain. Ummu Aiman termasuk di antara sejumlah sahabat yang tetap bertahan bersama Nabi dalam perang Hunain dan menjadi teladan dalam keberanian dan pembelaan terhadap Rasulullah hingga akhirnya gugur sebagai syahid di bumi kemuliaan dan jihad.

Masih ada perempuan lainnya seperti Fatimah binti Rasulullah -pemimpin wanita penghuni surga-, Ummu Habibah -teladan wala’ wal Bara’-, Ummu Haram bin Milhan -wanita syahid yang sabar-, Kabsyah binti Rafi’ yang ketika anaknya mati syahid hingga Arsy Ar-Rahman terguncang karenanya. Membaca kisah-kisah perempuan-perempuan hebat di zaman Rasulullah meyakinkan kita bahwa Rasul pun tidak pernah membatasi kemajuan dan peran besar seorang perempuan atau seorang wanita.

Lihatlah bagaimana ibunda-ibunda para ulama besar dengan pengorbanan dan keteguhan mereka mengantarkan anak-anaknya memperoleh kemuliaan ilmu. Sosok muslimah teladan pada setiap zaman dengan memberikan satu kesamaan, bahwa kebebasan dan kemuliaan diperjuangkan dengan keteguhan tanpa harus melawan fitrah dan kodrat. Ada hal yang patut diperjuangkan dengan mengucurkan darah demi ridha Allah, ada hal yang diperjuangkan dengan kucuran keringat demi meninggikan derajat di mata Allah. (w)

Referensi : Biografi 35 Kisah Shahabiyah Nabi, Syaikh Mahmud Al-Mishri, Penerbit Ummul Qurahttps://www.chanelmuslim.com/bahasan-utama/inilah-teladan-muslimah-sejak-zaman-rasulullah/24194/
IKLAN
Tag : MUSLIM03
==================
Back To Top