Diberdayakan oleh Blogger.

Jangan Paksakan sebuah Perasaan

================
KEMARIN ada sahabat yang curhat padaku. Sebut saja namanya Tulip. Tulip sedang memendam perasaan bersalah. Tulip punya sahabat yang sangat dekat. Sahabat tulip mempunyai hubungan hati dengan seorang lelaki. Dan Tulip tahu itu. Di kemudian hari tak ada yang menyangka jika lelaki itu meminang Tulip. Akhirnya Tulip menikah dengan lelaki tersebut, lelaki yang dicintai oleh sahabat karibnya.


Semenjak itu hubungan tulip dan sahabat dekatnya menjadi berubah. Sahabat Tulip selalu menghindari Tulip. Segencar apapun Tulip mencoba merekatkan persahabatnya kembali, selalu saja sia-sia. Jangankan duduk berbincang berdua, sahabat Tulip selalu menolaknya walau sekedar bersitatap mata. Selama ini Tulip tersiksa dengan perasaan bersalah, ia ingin persahabatannya kembali sebagaimana yang dulu. Itulah yang dicurhatkan Tulip padaku.

Pernikahan adalah sesuatu hal yang diluar kuasa manusia. Tak ada yang salah jika pada akhirnya lelaki yang dicintai sahabat Tulip adalah jodoh Tulip. Aku yakin sahabat Tulip mengerti tentang itu. Hanya saja mungkin hatinya sedang luka. Tak ada seorangpun yang menghendaki ada luka yang bersarang di dadanya bukan? Namun luka kenyataannya itu ada. Dan terkadang kita tidak bisa men-deletenya begitu saja.

Saat itu saya bertanya pada Tulip, “Apakah sahabatmu itu sudah menikah?” “Belum” Jawab Tulip. “Coba hubungi dia lagi kalau nanti dia sudah menikah,” saranku padanya.

Aku katakan pada Tulip. “Jangan paksakan ia untuk menerimamu kembali sebagaimana yang dulu. Barang kali ia sedang terluka dalam. Mungkin saat melihat wajahmu, tiba-tiba ia merasa perih. Kau sudah melakukan tugasmu dengan baik. Kau sudah mencobanya, dan ternyata ia belum siap. Ya sudah hentikan saja dulu. Kalau kau tetap gencar mendekatinya, padahal ia sudah menolaknya. Itu sama saja dengan memaksakannya. Perasaan itu tidak bisa dipaksakan. Nanti kalau dia sudah menikah, mungkin saat itu hatinya sudah tidak terlalu luka. Coba dihubungi lagi. Jangan bebani dirimu dengan perasaan bersalah, karena perasaan bukanlah ranahmu. Tugas kita hanya pada ikhtiar. Doakan saja dia dengan segenap rabitahmu.”

“Terimakasih, nasihatmu telah membuatku tenang,” katanya.

Jika ada perasaan yang belum bisa termaafkan dan dimaafkan, janganlah begitu merasa terbebani. Karena perasaan bukanlah ranah kita. Tugas kita berbuat baik terus saja, meski hati ini rasanya tidak karuan. Tetaplah memohon agar Allah berkenan menghilangkan segala luka ini. Karena bagaimanapun hanya Allah yang bisa.

Pada kenyataannya banyak hal di dunia ini yang tidak bisa kita kendalikan. Seperti masa depan dan perasaan manusia. Baik perasaan orang lain terhadap diri kita, atau perasaan diri kita terhadap orang lain. Bahkan banyak organ didalam tubuh kita yang tidak bisa kita kendalikan sendiri, seperti detak jantung, aliran darah dan air mata.

Syukuri saja segala hal yang tidak bisa kendalikan, syukuri saja itu semua. Mungkin itu cara Allah untuk mengingatkan diri dini, agar kita lekas mengembalikan segala hal yang tidak bisa kita kendalikan kepada-Nya. Begitu juga dengan kegamangan ini. []
sumber https://www.islampos.com/jangan-paksakan-sebuah-perasaan-286280/
IKLAN
Tag : beritaini
==================
Back To Top